Posted by : SoftSkill
Kamis, 10 April 2014
"Hey Rena, kita pergi ke pantai yuk?" ujarku mengajak seorang gadis yang sedang duduk di bangku halaman depan sebuah rumah. "Ayo. Tapi sebentar aja ya" ujarnya.
Aku dan Rena sudah 2 tahun berteman, bahkan satu sekolah. Dia asli orang Jepang, yang sekarang tinggal di Indonesia.
Aku pun mulai menghidupkan motorku dan mulai pergi bersama Rena yang duduk dibelakang. Sesampainya di pantai kita mulai bermain air bersama, bercanda dan mengobrol, sampai waktu sore pun tiba.
"Gas pulang yuk. Udah sore" katanya mengajakku pulang. "Ayo. Lagian aku udah cape" kataku sambil mengeluh sedikit. Aku dan Rena pun berangkat pergi pulang ke rumah dengan notor yang ku pakai tadi. "Eh Ren, nanti kan ada acara Lomba Puisi untuk Perpisahan Sekolah SMP kita, gimana kalo nanti kita ikut partisipasinya?" ujarku. "Hmm nanti aja deh kita besok disekolah kita bicarain" jawabnya dengan wajah menyesal seperti ada yang disembunyi sembunyikan. "Oh, baiklah kalau begitu" ujarku. Akhir akhir ini aku heran dengan tingkah Rena. Setiap kali aku mengucapkan kata 'Perpisahan', dia selalu memasang wajah menyesal. Entah apa itu artinya.
Aku pun mulai menghidupkan motorku dan mulai pergi bersama Rena yang duduk dibelakang. Sesampainya di pantai kita mulai bermain air bersama, bercanda dan mengobrol, sampai waktu sore pun tiba.
"Gas pulang yuk. Udah sore" katanya mengajakku pulang. "Ayo. Lagian aku udah cape" kataku sambil mengeluh sedikit. Aku dan Rena pun berangkat pergi pulang ke rumah dengan notor yang ku pakai tadi. "Eh Ren, nanti kan ada acara Lomba Puisi untuk Perpisahan Sekolah SMP kita, gimana kalo nanti kita ikut partisipasinya?" ujarku. "Hmm nanti aja deh kita besok disekolah kita bicarain" jawabnya dengan wajah menyesal seperti ada yang disembunyi sembunyikan. "Oh, baiklah kalau begitu" ujarku. Akhir akhir ini aku heran dengan tingkah Rena. Setiap kali aku mengucapkan kata 'Perpisahan', dia selalu memasang wajah menyesal. Entah apa itu artinya.
Hari esok pun tiba. Seperti biasa, aku berangkat sekolah bersama Rena mengendarai Motor. Aku pun tak henti hentinya mengobrol bersamanya di Motor. Sampai sampai motorku hampir menabrak grobak tukang sayur keliling. Sesampainya disekolah, aku tak lupa untuk mendiskusikan tentang partisipasi kita di Lomba Puisi untuk Perpisahan Sekolah. "Hey Rena, gimana nih? Mau gak ikut lomba puisi nanti" ujarku. "Ayo" jawabnya. Aku pun mulai berbicara dengan Rena puisi apa yang akan kita lombakan. Dan akhirnya kita sepakat untuk melombakan sebuah puisi yang akan dibacakan dengan 2 Bahasa, Indonesia olehku dan Jepang olehnya. "Eh Gas, kita latihan setiap hari ya! Biar menang. Hehe" ujarnya sambil tertawa sedikit. Senyumannya membuatku mempunyai perasaan yang melebihi perasaan sebuah sahabat kepadanya. Aku memang menyukainya sejak lama. Tapi aku malu untuk mengungkapkannya, dan lebih memilih untuk menganggapnya sahabat.
Hari demi hari pun berlalu. Tiba dimana saatnya dimana hari Lomba diadakan. Aku dan Rena sudah bersiap untuk mengikutinya. "Eh gas! Kamu hafal kan puisinya?" tanyanya. "Pasti dong! Kalo kamu gimana? Kamu kan yang paling susah, bahasa Jepang" ujarku sambil balik bertanya. "Udah. Mudah kok".
Lomba pun dimulai. Satu per satu peserta mulai naik keatas panggung. Dan tibalah giliranku dengan Rena. Selesai itu kami mendapat tepuk tangan yang sangat meriah. Oleh guru, teman, bahkan orang tua yang hadir. Dan tibalah saatnya Pengumuman pemenang. Dan juri pun menyebut nama kita. Dan tanpa sadar Rena pun memelukku dengan erat, lalu melepaskannya dengan wajah memerah.
Lomba pun dimulai. Satu per satu peserta mulai naik keatas panggung. Dan tibalah giliranku dengan Rena. Selesai itu kami mendapat tepuk tangan yang sangat meriah. Oleh guru, teman, bahkan orang tua yang hadir. Dan tibalah saatnya Pengumuman pemenang. Dan juri pun menyebut nama kita. Dan tanpa sadar Rena pun memelukku dengan erat, lalu melepaskannya dengan wajah memerah.
Kami pulang dengan membawa tropi kemenangan. Tapi sesampainya dirumah aku kaget. Ada apa dengan rumah Rena. Mengapa semua barang barang Rena ada di luar? Mengapa semua berkemas? "Gas, sebenarnya ayahku kembali dipanggil ke Jepang oleh perusahaannya. Jadi, aku harus pindah. Maafkan aku ya!" ujarnya. Ternyata ini yang disembunyikan Rena. Sekarang aku mengerti mengapa Rena selalu aneh saatlu bilang kata 'Perpisahan'. Karena inilah perpisahan itu. Kata kata Rena membuatku kaget. Seakan dunia sudah tidak ada lagi didepan mataku. "Apa benar Ren? Kan kita sudah lama berteman" tanyaku tidak percaya. "Itu benar gas, tolong maafkan aku. Dan ada satu hal yang aku ingin ungkapkan padamu, yang sebenarnya a a aku Menyukaimu" ujar Rena dengan wajah memerah. 'Deg' suara jantung seakan berhenti. Perasaan senang bercampur sedih pun menyatu. Aku tak bisa berbuat apa apa kecuali, mengikhlaskan kepergian Rena. "Bagas, suatu hari nanti kita pasti bertemu lagi. Pasti!" ujar Rena. Aku benar benar tidak bisa berbicara apa apa saat itu. Dan pergilah Rena dengan mobil dan keluarganya ke Jepang. Aku ingin bersedih, tapi ku tahan. "Suatu hari kita pasti bertemu lagi Rena. Pasti. Kan ku pegang janjimu itu"
- Back to Home »
- fanfict »
- FanFiction JKT48 with Rena Nozawa "Perasaan Yang Tak Ku Ketahui"
Diberdayakan oleh Blogger.