Posted by : SoftSkill
Kamis, 10 April 2014
Sambil menatap bulan, kupetik senar gitar ku ini. Menyanyikan setiap bait lagu-lagu yang aku hafal, dibawah sinar rembulan. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari, sahabat kost'an ku Meifa sudah tertidur. Akupun menaruh gitarku dan mulai berjalan ke kasur untuk tidur.
*pagi hari
"Prabu! Bangun sudah pagi! Telat ke kampus nih!" Teriak sahabatku Meifa sambil memukul" wajahku untuk membangunkanku.
"Aduh iya ini udah bangun woy!" Teriaku sambil menggibas" kan tangan Meifa yang saat itu berada tepat di wajahku. Benar apa kata Meifa, kami kesiangan mungkin karena aku tidur larut malam.
Namaku Prabu. Aku kuliah di salah satu fakultas pertanian di Bandung. Aku anak kost, aku kost berdua dengan Meifa. Namun aku anak kost yang mampu, karena orang tua asuh ku yang bernama Tante Kinal mengirim uang lebih dari cukup untuk aku dan Meifa. Aku adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak oleh Tante Kinal, begitu juga Meifa.
Aku langsung bangun dan cepat" mandi lalu mengambil ransel, tak lupa dompet, handphone dan kunci mobil. Kami bergegas menuju mobil dan menyetir secepat mungkin hingga kampus.
"Sob, lo tau Melody gak?" Tanyaku memulai percakapan kami didalam mobil.
"Oooh, tau! Tu anak anti banget sama cowo"
"Oh, gitu"
"Napa? Lu minat sama dia? Saingan lo berat man! Semua satu kampus yang tau sama dia pasti suka sama dia!" Jelas Meifa sambil menepuk pundakku.
"Ya gak mau tau dia punya gue haha" Canda ku pada Meifa.
Tak terasa kami telah sampai dikampus namun aku kesiangan sekali hingga kelaspun sudah dimulai 1jam dari tadi. Akupun memutuskan menunggu hingga jam 9. Dan mengikuti jam ke 2.
Aku dan Meifa memutuskan menunggu di sebuah Cafe. Ketika kami sampai di Cafe tersebut, Cafe-nya sangat ramai--hingga semua tempat duduk penuh--namun aku melihat ada seorang wanita yang duduk sendiri di kursi untuk 4 orang. Karena kami laki-laki kami memutuskan berkenalan dan menumpang duduk di tempat itu.
"Hey, boleh gak aku sama temenku duduk disini? Soalnya kursi yang lain penuh" Ucapku.
"Ohh, gak papa silahkan kak!" Sambut gadis itu.
Akupun memesan coffee, hingga si gadis itu dan Meifa pun ikut memesan. Ku lihat Meifa nampak tertarik pada gadis itu karena aku sudah bisa melihat dari gerak-gerik mata dan dari tadi ia mengajak gadis itu untuk bercengkrama tanpa memerdulikan aku.
"Nama kamu siapa?" Tanya Meífa
"Oh, aku Nabilah" Jawab gadis itu dengan lembut. Seperti namanya Nabilah. Sangat lembut dan anggun.
"Ooh, aku Meifa, ini temenku Prabu"
Dengan sigap aku memberikan senyum pada gadis yang bernama Nabilah ini. Aku tidak banyak berinteraksi dengan Nabilah. Karena dari tadi Meifa yang terus-menerus mendekati Nabilah. Gadis ini memang menarik, namun menurutku lebih menarik Melody ketimbang Nabilah. Hehe.
"Wah, kak aku sudah dijemput kakaku tuh! Aku pulang dulu ya! Besok kalo masih mau ngomong" sama aku dateng aja ke cafe ini jam 2 siang ya!" Nabilah pun pergi melambaikan tangan pada kami.
"Sob, dapet nomor hapenya kagak?" Tanyaku pada Meifa yang saat itu sedang membalas lambaian tangan Nabilah. Meifa mengganggukan kepalanya dan menunjukan secarik kertas bertuliskan nomor hape nabilah.
"Besok gue bolos kuliah aja, mau nemuin itu anak" Ucap Meifa seraya mengajakku pergi menuju kampus.
Akupun mengendap-endap saat menuju kelas, karena takut ketahuan dosen, tiba-tiba ada yang mengejutkanku
"Hoy, ngapain ngendap-ngendap? takut ketahuan tdi gak ikut pelajaran pertama ya?" Sambil memukul pundakku. Sontak akupun terkejut.
"Eh, Melody. Engg anu err aduh apa yaa eng" Gugupku. Aku memang selalu salting jika ada Melody didekatku. Apalagi sekarang ia tengah menatap mataku.
"Ngapain gugup? Mau jadi Azis Gagap hah? Jawab pertanyaanku knp tadi gak ikut?" Diiringi suara tawa geli dari Melody.
"Anu, tadi telat 1jam ya daripada dimarahin mending gaikut jadi tadi aku sama Meifa ngafe dulu didepan. Tumben nyapa Mel? Ada apa? Setauku kamu gk pernah mau ngomong sama anak laki-laki?"
"Oohh. Anu, mau pinjem PR yang kmaren kan kamu pinter"
"Oke aku pinjemin! Tapi syaratnya nanti pulang kuliah km ikut aku jalan-jalan! Gimana?" Sambil menggoda Melody.
"Yaudah skalian pengen jalan-jalan sama kamu muehehe. Yaudah dadah" Tiba-tiba Melody mengecup pipiku dan pergi.
Melody kesambet apaan nyium gue? Tanyaku dalam hati.
*kantin
"Cie yang hatinya lagi berbinar-binar sampe senyum" sendiri hahay!" Teriak Shania yang menyadarkanku dari lamunan.
"Eh, hahah gpp cuma lagi ngelamunin Melody"
"Hahah! Cuma gara-gara dia ngajak ngomong lo langsung lo ngelamunin dia ? Kalo tadi ada kaca gue mau ngasih tau muka lo waktu ngelamunin dia! Kaya KEBO tau hahah!" Gelak tawa Shania yang lgsg ia lanjutkan untuk menyeruput Fruit Tea yang ia bawa tadi.
"Eh sorry yaa, gak cuma gara-gara ngomong doang haha!"
"Trus?" Bingung Shania sambil melepaskan sedotan dari mulutnya.
"Dia nyium gue!" Sambil memasang muka sarcastic.
"Ngaco!" Ejek Shania yang langsung melemparkan gulungan tissue ke wajahku.
"Sumpah! Lu tanya sama dia!" Meyakinkan Shania
"Oke!" Jawab Shania langsung meninggalkan ku.
"Bro, lu ntar pulang sendiri ya! Gue kasih duit 200rb deh buat lu makan di cafe! Siapa tau ketemu sama Nabilah!" Ucapku pada Meifa yang kutemui dilorong kampus.
Meifa pun hanya tersenyum dan menerima uang 200rb ku itu. Yah gpp lah, ilang 200rb penting bisa jalan sama Melody tanpa gangguan.
Akupun menelusuri lorong kampus untuk menuju perpustakaan, tempat dimana biasanya aku menghempas penat di kampus ini. Daripada harus di taman main skateboard bersama Meifa & lainnya, karena nanti aku keringetan ntar bau lagi deket Melody. Pikirku.
Selama di perpustakaan aku hanya membaca sebuah buku yang menurutku buku itu sangat kocak judulnya yaitu "cara menarik perhatian cewe" ya mungkin aku bisa membaca itu skalian menambah pengetahuan agar nanti aku sedikit tidak gugup dekat Melody.
Akupun menunggu Melody di depan pintu kampus. Kulihat dia mulai kelihatan dari kerumunan mahasiswa lainya. Aku membukakan pintu mobilku mempersilahkan Melody masuk. Aku berniat mengajaknya kesebuah cafe di daerah istana plaza. Karena katanya disitu bagus, enak, murah, yang aku tau dari Melody ia suka makan-makanan Jepang jadi aku ajak dia ke cafe itu.
Selama dimobil kami bermain tebak-tebakan Melody selalu menang, memang Melody itu sangat cerdas dan suka membaca buku teka-teki sperti itu, makanya ia sangat cekatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan.
"Mel, ngomong-ngomong kamu tadi kenapa nyium aku? Bukannya kamu anti sama cowo ya?" Tanyaku serius.
"Aduhh, kok jadi serius gini sih" Gerutunya
"Gpp, bentar aja, jawab dong pertanyaanku"
"Engg, lagi pengen aja nyium kamu, benernya sih pengen meluk, tapi kamu blm resmi pacar aku. Eh aaduh keceplosan isi hati aku" Ucapnya sambil menundukan wajah.
"Bikin orang nge-fly aja Mel! Tapi jujur, aku juga suka sama kamu dari dulu, cuma karena berita yang aku denger kamu anti cowo ya aku diem aja" Jawabku lalu menghentikan mobilku di pinggir jalan.
"Aku anti cowo karena, karena dulu aku pernah disakitin sama seorang cowo, tapi menurut penglihatanku kamu itu cowo yang baik dan aku suka semua yang ada dari kamu" Jawab Melody.
"Jadi, sekarang udah jelas. Kamu mau jadi................" Ucapku sambil gugup.
"Jadi apa? Sahabat?" Tanya Melody dengan bingung
"Pacar" Jawabku sambil mengambil tangan Melody.
"Engg, menurut kamu aku mau gak?" Sambil melepaskan tanganya memegang sebelah pipiku.
"Menurut aku kamu mau, soalnya kamu udh punya perasaan sama aku" Sambil balas memegang pipi Melody.
Akupun memeluknya sama seperti yang diinginkan dia, dan melanjutkan perjalanan ke cafe tersebut.
"Mel, maju gih! Kamu kan jago nyanyi!" Pintaku pada Melody,
Melody pun maju dan meminjam gitar dari penyanyi band di cafe itu, Melody menyanyikan lagu dari Yuuhi Wo Miteiruka dari AKB48. Sungguh indah suara Melody. Smua nada yang ia nyanyikan bagaikan dinyanyikan oleh Bidadari, bahkan lebih indah dari Bidadari.
Kamipun pulang dan tiba-tiba ban mobilku pecah. Akupun turun dan mau mengganti ban mobilku itu, tiba-tiba ada mobil yang menyerempetku untungnya aku dengan sigap menghindarinya. Mobil itu tiba-tiba berhenti tepat didepan mobilku. Seorang pria keluar dari mobil itu, awalnya aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena gelap, namun ketika dia berdiri tepat di wajahku kusadari ia seorang Meifa, sahabatku.
"Fa, maksud lo apa tadi nyerempet gue?" Amarahku meluap.
"Nyantai bro!" Jawab Meifa sambil mendorong bahuku.
"Ehh, aduh udah dong! Jangan bertengkar!" Teriak Melody sambil memisahkan kami berdua.
Meifa pun menarik tangan Melody dan mengeluarkan pistol G-Lock17, berperedam suara.
"Lo diem atau gue tembak si Melody" Ucap Meifa seraya menarik Melody masuk ke mobil.
Aku hanya bisa pasrah saat melihat Melody ditarik oleh Meifa. Aku gak bisa memahami ini semua Meifa adalah sahabatku, apapun itu akan aku lakukan untuk Melody, asal ia selamat.
Aku bergegas membenahi mobilku dan menuju kost"an ku bersama Meifa, namun ia tidak ada. Aku teringat Meifa memiliki villa dikawasan Lembang, aku menyetir mobilku dengan kecepatan penuh dan sampailah aku divilla Meifa. BINGO! tebakanku benar mobil Meifa ada disini.
Aku mendobrak pintu rumah Meifa namun tak ada siapapun aku mengecek seluruh ruangan namun hasilnya nihil. Saat menuju dapur aku melihat sebuah pintu, aku pikir mungkin itu pintu ke jalan belakang. Aku membuka pintu itu dan melihat Shania & Nabilah sedang berlari-lari dari jalan setapak yang sangat curam turunanya. Baju mereka sudha sobek" dan ada bercak darah mengalir dari hidung dan celah bibir Nabilah dan Shania. Banyak memar" yang ada ditubuh mereka, kemungkinan mereka dianiaya oleh Meifa. Aku membantu mereka.
"Shan, Nab lo ngapain pada disini?" Tanyaku pada mereka berdua yang sedang terengah-engah.
"Lo jangan kesana Prab! Lo bisa mati dibunuh ama Meifa!" Ucap Shania.
"Iya kak! Awalnya aku diajak pergi ke Lembang sama Kak Meifa, aku mau-mau aja soalnya aku lihat ada Kak Melody jadi aku percaya gak taunya dia mau bunuh Kak Melody dan aku mau dijual" Jelas Nabilah.
"Melody mau dibunuh? Udah kalian masuk ke mobilku aja! Shan, ke kantor polisi ya! Tadi sebelum kesini gue lihat kantor polisi ga jauh kok! Aku mau nyelamatin Melody!" Ucapku sambil memberikan kunci mobil pada Shania. Mereka berdua mengangguk dan langsung bergegas lari.
Aku menuruni jalan itu, sungguh sangat curam dan licin karena jalan setapak itu masih dibalut tanah dan hanya ada kayu yang menjadi anak tangga. Ku lihat ada rumah kecil sepetak mungkin rumah itu yang menjadi rumah sekapan untuk Melody. Aku membuka knop pintunya, namun terkunci alhasil aku mendobrak pintu itu dan kulihat Melody yang terkulai lemah diatas kursi dan seluruh badanya ditali.
Aku langsung menghampiri Melody dan menyadarkanya. Melody menangis saat itu, aku hanya bisa memeluknya. Meifa datang dari belakang dan bertepuk tangan.
"Dramatic banget" Sambil bertepuk tangan dan memasang muka ejek.
"Ngapain lo sekap Melody?" Tanyaku dengan amarah.
"Gue gak suka lo pacaran sama Melody! Gue gak suka lo dapet kasih sayang lebih dari Tante Kinal! Lo mendapatkan semua apa yang lo mau! Lo punya villa itu dikasih gratis kan? Sedangkan gue punya villa ini hasil ngehemat selama 1tahun!" Ucap Meifa sambil mengeluarkan pisau.
"Emang kenapa gue pacaran sama Melody? Tante Kinal memandang kita sama uang pun dikasih sama? Kita semua dikasih yang sama? Tante Kinal gak bedain kita semua? Soal villa, itu hadiah gue lomba balap mobil" Jelasku padanya "Ngibul lo!" Ucap Meifa sambil menodongkan pisau.
Dengan cekatan aku mengambil pisau dari tangan Meifa dan segera berlari menuju Melody untuk membukakan ikatanya. Setelah aku membuka ikatanya Melody langsung memeluku dari belakang dan mengajaku kabur. Kami langsung kabur karena Meifa tidak bisa apa" melihat pisau yang aku todongkan pada ia.
Saat tiba di villa, Meifa ternyata ada dibelakang kami, aku mau melemparkan pisau itu namun naas pisau itu meleset dan Meifa dan menembak aku. Badanku terasa lemas dan aku berlutut bersimbah darah yang mengalir melalui perut kananku. Kulihat polisi telah tiba dan segera memborgol Meifa. Pandanganku menghitam dan tubuhku terasa jatuh di lantai.
Aku membuka mata dan melihat langit-langit rumah sakit, alhamdullilah aku masih bisa bernafas di dunia ini. Aku melihat Melody tertidur di pinggirku dan ada Shania & Nabilah tertidur di atas sofa di ruanganku. Aku mengusap-usap kepala Melody dan iapun terbangun.
"Aduh Mel maaf, kebangun ya" Ucapku dengan susah.
"Ehm, udah bangun ya, aku panggil dokter ya" Kata Melody dan langsung berdiri dari kursi. Akupun menarik tanganya hingga ia menoleh.
"Makasih" ucapku dan langsung melepaskan tanganya.
Dokterpun datang dan memeriksa aku, dokter bilang aku masih harus dirawat karena keadaanku yang drop. 3hari kemudian dokter mengatakan aku akan lumayan sehat namun justru kondisiku melemah dan aku dilarikan keruang ICCU.
Aku hanya bisa mendengar suster yang dari tadi panik melihat detak jantungku melemah, dokter pun sepertinya mengambil alat pemicu jantung namun tubuhku rasanya lebih lemas dan seberat kapas. Aku memanggil-manggil nama Melody dan suster itupun berinisiatif memanggil Melody.
Melody pun datang dengan mata yang sembab karena menangisiku. Melody pun memegang tanganku dan berkata,
"Kamu harus kuat, aku disini terus menunggu kamu" Ucap Melody dengan suara yang habis menangis. Melody pun berinisiatif untuk menyanyikan aku lagu, ia menyanyi Boku No Taiyou dari AKB48.
Dokter pun melihat detak jantungku semakin menormal dan akhirnya stabil.
3tahun setelah kejadian itu aku tetap berhubungan dgn Melody dan akhirnya kami menikah.
Namun Shania harus pergi ke jepang bersama keluarganya dan kudengar ia pun sudah menikah. Nabilah pun turut harus pindah ke america bersama keluarganya dan kuliah disana.
Hidupku terselamatkan hanya karena Melody. Karena Nyanyian Melody.
Diberdayakan oleh Blogger.