Posted by : SoftSkill
Kamis, 10 April 2014
Namanya Cindy, dia anak kedua dalam keluarganya. Pagi ini Cindy bergegasmenyiapkan diri untuk berlibur ke Yogyakarta bersama kawan-kawannya. “Pak nanti jemput teman-temanku dulu ya?” ucap Cindy kepada sopirnya.
“Baik non” jawab sopirnya ramah.
Satu persatu teman sudah ia hampiri, dan sudah siap sedia di dalam mobil Cindy.“Emm, siapa lagi ya yang belum aku jemput?” ucap Cindy bertanya dengan suaraagak keras.
“KIKI!” seru salah seorang teman Cindy mengingatkan.
“Oh iya, hampir saja lupa” ucap Cindy sambil menepuk jidatnya.
“Pak, kita ke rumah Kiki dulu ya?” perintah Cindy lembut.
“Baik” ucap sopirnya kembali.
Setelah beberapa menit, akhirnya Cindy dan kawan-kawannya sampai di rumah Kiki.“Tin..tin” mobil Cindy membunyikan klakson. Tak lama kemudian, sesosok priamuncul dari balik pintu gerbang. “Hey Cin, sini dong! bantuin aku bawabarang-barang ini” ucap Kiki kepada Cindy.
“Iya iya, sabar” sungut Cindy. Akhirnya dengan hati yang sangat terpaksa, Cindymembantu Kiki untuk memasukan barang bawaannya ke dalam bagasi mobil. Setelahsemuanya selesai, akhirnya Cindy dan kawan-kawan berangkat menuju KotaPendidikan alias Kota Yogyakarta.
Di tengah perjalanan, semuanya sibuk dengan dirinya sendiri, tak lain dan takbeda dengan Kiki. Dia selalu bernyanyi riang di sepanjang jalan. Tapi bedahalnya dengan Cindy, Cindy hanya memainkan handphonenya. Ketika semuanya telahmerasa lelah, barulah suasana di dalam mobil hening seketika. Cindy dankawan-kawan cukup lama tertidur. “Emm.. Pak, kita berhenti di pom bensin duluya? Cindy kebelet kencing” ucap Cindy tiba-tiba kepada Pak sopir.
“Baik non” jawab sopirnya.
Tak lama kemudian Pak sopir menghentikan mobilnya disebuah pom bensin.“Temen-temen, siapa yang mau kencing?” ucap Cindy setengah berteriak.
“Ehh.. aku ikut Cin” ucap salah seorang teman Cindy yang bernama Shania.
“Ayo kita turun” ajak Cindy pada Shania.
“Ayo” ucap Shania sedikit lesu.
Setelah beberapa menit kemudian, Cindy dan Shania kembali ke dalam mobil, danbersiap untuk melanjutkan perjalanan. Suasana di dalam mobil kembali ramai,dikarenakan Aan yang tidur sambil menggerung keras sekali. “An! ngoroknyajangan keras-keras dong” sungut Shania dengan kesal. Aan pun tidak mendengarkancibiran dari teman-temannya, dan tetap tidur dalam posisi yang masih sama.Karena merasa terganggu akhirnya semua orang yang berada di dalam mobil punterbangun, terkecuali Aan yang masih tertidur dengan pulasnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, akhirnya Cindy dan kawan-kawan sampaidi sebuah villa milik ayah Cindy. Semua langsung berlari dengan gembiranya. Cindyhanya tersenyum bahagia, melihat teman-temannya berlari kesana kemari. “Ehhtemen-temen, bawa dulu barang-barang kalian” ucap Cindy seketika. “Oh iya”jawab mereka hampir bersamaan. Selanjutnya, Cindy dan kawan-kawannyamengangkuti barang bawaan mereka masing-masing. Setelah semua barang masuk kedalam villa, mereka semua langsung memasuki kamar mereka masing-masing, danlangsung menata barang-barang mereka. Setelah semua selesai, mereka semuaterlihat sangat lega. Seketika terlihat Cindy berdiri melamun di depan pintuvilla. “Cin, ngapain disini?” tanya Kiki kepada Cindy.
“Yee, emang ga boleh apa? Masalah gitu buat kamu?” jawab Cindy sinis kepada Kiki.
“Cantik cantik kok galak” jawab Kiki dengan nada setengah kesal.
“Ah sudah-sudah, aku mau istirahat dulu ya?” ucap Cindy kepada Kiki.
“Ya udah sana, ngapain harus bilang ke aku” jawab Kiki masih kesal.
“Ihh, ganteng ganteng kok cuek, nanti gak ada yang suka loh” canda Cindy.
“Iya iya deh.. silahkan istirahat Cindy” ucap Kiki dengan sikap perhatiannya.
Akhirnya langkah demi langkah pun Cindy meninggalkan Kiki yang masih berada didepan pintu villa.
Setelah Cindy meninggalkan Kiki, Kiki pun memutuskan untuk melihat-lihatkeadaan di sekitar villa. Dalam perjalanan Kiki bertemu dengan seorang priapenduduk asli desa tersebut. “Kang, baru ya disini?” tanya seorang priatersebut.
“Bukan, saya hanya berlibur saja disini” jawab Kiki ramah.
“Oh, dimana akang menginap?” tanya kembali pria tersebut.
“Saya menginap di villa ujung sana” jawab Kiki.
“Oh, itu villa yang saya urus kang” jelas pria tersebut.
“Oh” jawab Kiki singkat.
“Ngomong-ngomong, namanya akang ini siapa?” tanya pria itu.
“Nama saya Kiki, kalau nama kamu siapa?” tanya Kiki pula.
“Kalau saya namanya Iqbal Kang” jelas pria tersebut sambil mengulurkantangannya.
Lalu Kiki pun menjabat tangan Iqbal.
“Mari Ki, saya mau pergi menengok villa” ucap Iqbal.
“Eh Iqbal, saya sekalian ikut” ujar Kiki.
“Oh, ayo Ki” jawab Iqbal mempersilahkan.
Akhirnya Kiki dan Iqbal berjalan beriringan menuju villa. Setelah sampai divilla Kiki dan Iqbal langsung masuk ke dalam villa. Di dalam mereka berduasaling menceritakan tentang pengalaman pribadi mereka masing-masing. Tak lamakemudian, Aan keluar dari dalam kamar. “Eh ada tamu ya? Ki kenapa gak kamubuatin minum?” tanya Aan sedikit menggentak.
“Oh iya, aku hampir lupa” jawab Kiki sambil menepuk jidatnya.
Akhirnya Kiki langsung berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju dapur, danmembuatkan minuman untuk Iqbal.
“Kamu, namanya siapa?” tanya Aan tiba-tiba.
“Eh, nama saya Iqbal. Kalau nama akang sendiri siapa?” tanya Iqbal kembali padaAan.
“Oh, kalau saya Ahmad Arkan Priambodo, cukup dipanggil Aan saja” jelas Aansambil tertawa kecil.
“Namanya panjang sekali, tapi panggilannya cukup singkat” ucap Iqbal tertawageli.
“Ini minumannya, silahkan diminum dulu Bal” ucap Kiki yang baru datang.
“Iya, terimakasih kang Kiki” jawab Iqbal sopan.
“Kang, sebenarnya ini ada acara apa sih? Kok kalian berlibur kesini, juga nginapnyadi villa majikan saya?” tanya Iqbal sedikit heran.
“Apa majikan kamu belum bicara ke kamu?” tanya Aan kembali.
“Belum Kang. Saya malah nggak tau kalau kalian mau berlibur dan menginapdisini” jelas Iqbal pada mereka berdua.
“Oh, kami berlibur dan menginap disini bersama dengan anak dari pemilik villaini, Cindy” jelas Kiki pada Iqbal.
“Cindy? Anaknya Pak Marno?” tanya Iqbal setengah kaget.
“Iya, kamu kenal dengan dia?” tanya Aan kembali.
“Iya, non Cindy itu teman saya sewaktu kecil” ucap Iqbal gembira.
Tak lama kemudian sesosok wanita keluar dari dalam kamar, yang sedang berjalanmenuju teras depan villa. “Apakah dia yang bernama Cindy?” tanya Iqbal sambilmenunjuk ke arah Cindy.
Cindy yang mendengar cukup jelas langsung menoleh ke sumber suara. “Iya, saya Cindy.Anda siapa ya?” ucap Cindy keheranan.
“Aku Iqbal Cin? Apakah kamu masih ingat denganku?” tanya Iqbal berharap Cindymasih mengingatnya.
“Iqbal?” ucapnya lirih sambil mengingat-ingat. “IQBAL! teman kecilku?” ucap Cindytersenyum lebar.
“Iya Cin” jawab Iqbal membalas senyuman tersebut.
“Wahh, Iqbal udah besar? Lama kita nggak ketemu ya?” ucap Cindy.
“Hehehe.. kamu juga udah besar kok, cantik pula” ucap Iqbal memuji.
“Ah Iqbal, biasa saja kok” balas Cindy. “Ngga nyangka aku Bal, bisa ketemu kamudisini” ucap Cindy sambil menepuk pundak Iqbal.
“Iya, aku juga ga nyangka, tadi aku pas mau ke villa di jalan ketemu sama kang Kiki”jelas Iqbal pada Cindy.
“Eh Ki, bener?” tanya Cindy pada Kiki.
“Iya bener” jawab Kiki singkat.
“Oh” balas Cindy dengan singkat juga.
“Cinddiii!” tiba-tiba terdengar suara orang berteriak memanggil nama Cindy.
“Iyaaa, bentar” jawab Cindy setengah berteriak. “Apaan sih San pakaiteriak-teriak segala? Ada tamu tuh, malu tau” ucap Cindy memarahi Shania.
“Oh ada tamu ya?” ucap Shania masih setengah sadar.
“Iya, yuk kita ke depan” ajak Cindy pada Shania.
“Ayo” jawab Shania dengan lemas.
Lalu Cindy dan Shania pun berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Iqbal. “NihSan, temen kecilku. Kenalin namanya Iqbal” jelas Cindy pada Shania.
“Nah Bal, ini Shania temen sekolahku” jelas Cindy memperkenalkan Shania padaIqbal.
Akhirnya mereka berdua saling berkenalan dan saling berjabat tangan.
Tiba-tiba tangan Cindy ditarik oleh Shania. “Cin, temen kamu ganteng banget”ucap Shania sambil menunjukkan gayanya yang berlebihan.
“Oh, dia memang gitu mukanya” jawab Cindy dengan nada sedikit tinggi.
Setelah itu, lalu Cindy kembali lagi ke hadapan Iqbal. “Bal, sekarang kamusekolah dimana?” tanya Cindy.
“Aku sekolah di SMPN 5” ucap Iqbal menjawab pertanyaan Cindy.
“Oh, rumah kamu masih di ujung sana kan?” tanya Cindy sambil mengacungkantelunjuknya pada sebuah jalan.
“Iya” jawab Iqbal pendek.
“Bal bal, boleh minta nomer handphonenya ga?” ucap Shania yang tiba-tiba ikutbergabung.
“Em boleh” jawab Iqbal.
“Ihh Shania gak jelas banget deh” timpal Cindy.
“Ya biarin dong, suka-suka aku. Terlalu masalah gitu buat kamu?” ucap Shaniasinis pada Cindy.
“Ga juga” jawab Cindy simple.
“Oh” jawab Shania.
“Nih nomernya” ucap Iqbal sambil menunjukkan nomer di handphonenya.
“Iya sebentar, aku catet dulu” ucap Shania sambil mengambil handphonenya.
“Ya udah deh, aku masuk dulu ya?” ucap Cindy.
“Iya Cin” jawab Iqbal dan Shania hampir bebarengan.
Setelah Cindy masuk ke dalam, di ruang tv dia bertemu dengan Kiki yang tengahmenonton tayangan kesukaannya. “Hai Ki” sapa Cindy dan langsung duduk disebelahnya.
“Hai” balas Kiki dengan senyum manisnya.
“Nonton kok yang kartun sih Ki, ganti chanel dong” pintanya pada Kiki.
“Ihh, kartun yang ini itu beda tau ga” ucap Kiki dengan nada tinggi.
“Bedanya dibagian mana?” ucap Cindy dengan nada tinggi pula.
“Ya, pokoknya beda aja” jawab Kiki kebingungan.
“Ahh.. siniin remotenya” ucap Cindy sambil merebut remote tv dari tangan Kiki.
“Ihh apaan sih.. main rebut-rebut aja” ucap Kiki sambil merebut remotenyakembali.
“Ahh, filmnya ga asik kok Ki masih diliat aja” sungut Cindy kesal.
“Kamu itu gatau maknanya, jadinya ya bilang ga asik” ucap Kiki menjelaskan.
“Ya ya.. terserah deh” ucap Cindy menurut. Karena merasa kesal, akhirnya Cindyberdiri dan berjalan menuju kamarnya.
“Cin, mau kemana?” tanya Kiki tiba-tiba.
“Mau ke kamar” jawab Cindy dengan nada lesu.
“Masih marah?” tanya Kiki dengan nada menyesal.
“Engga kok” ucap Cindy sambil menyembunyikan rasa kemarahannya.
“Gimana kalau kita jalan-jalan aja yuk?” ajak Kiki pada Cindy.
“Emm gimana ya? Yaudah deh, tapi aku ambil jaket dulu ya?” jawab Cindymenyetujuinya.
“Oke deh” jawab Kiki sambil mengedipkan sebelah matanya.
Setelah beberapa menit Kiki menunggu, akhirnya Cindy pun keluar dari dalamkamarnya. “Udah siap?” tanya Kiki.
“Udah, ayo berangkat” ucap Cindy
“Ayo” jawab Kiki.
Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan, menuju ke depan, di ruang tamu, Kikidan Cindy bertemu dengan Shania dan Iqbal yang masih mengobrol dengan asyiknya.“Cin, mau kemana?” tanya Shania.
“Mau jalan-jalan, kamu tunggu villa ya?” ucap Cindy.
“Oke deh Cin” balas Shania. Akhirnya Cindy dan Kiki berjalan kembali.
“Cin, aku laper. Nanti sekalian makan ya?” ucap Kiki sambil tersenyum.
“Yee, Kiki sukanya makan terus, nanti gendut lho” ledek Cindy pada Kiki.
“Ehh, gendut itu sehat” ucap Kiki mengelak.
“Ya udah deh, terserah kamu” ucap Cindy sambil berlari kecil.
“Eh Cin, jangan tinggalin aku” balas Kiki sambil mengejar Cindy.
Setelah merasa lelah mereka berdua singgah di depan warung gudeg. “Ki, makandisini aja ya?” pinta Cindy pada Kiki.
“Gudeg itu apa Cin?” tanya Kiki penasaran.
“Ihh, masa ga tau gudeg sih! katro banget deh kamu” jawab Cindy sambil memukulpelan bahu Kiki.
“Seriusan ini Cin, aku ga tau gudeg” ucap Kiki mulai kesal.
“Ya udah deh, kita masuk dulu. Nanti kamu tau kok” balas Cindy. Akhirnya merekaberdua masuk ke dalam warung gudeg tersebut.
“Bu, pesen gudegnya 2 ya” ucap Cindy pada penjual gudeg tersebut.
“Oh iya mbak” jawab penjual gudeg tersebut dengan logat jawanya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya gudeg khas Jogja pun telah berada diatas meja mereka. “Nah Ki, ini yang namanya gudeg” jelas Cindy pada Kiki.
“Oh ini toh yang namanya gudeg” jawab Kiki sambil menganggukan kepalanya.
“Habis ini kita kemana Cin?” tanya Kiki pada Cindy.
“Terserah” jawab Cindy singkat.
“Ke villa aja ya? Aku udah capek” ucap Kiki.
“Boleh” jawab Cindy.
“Bu, ini semua berapa?” tanya Cindy sopan.
“Ini semua 15.000 nak” jawab penjual tersebut.
“Oh, ini Bu” ucap Cindy sambil memberikan uang tersebut.
Setelah semuanya selesai, mereka berniat untuk kembali ke villa. Di tengahperjalanan, Cindy merasa kepalanya sedikit pusing. “Ki, aku pusing” ucap Cindymengeluh.
“Ahh cuma pusing kan, biasa” ucap Kiki.
Cindy menghentikan langkahnya, dan memegang kepalanya.
“Cin, kamu kenapa” tanya Kiki panik.
Cindy pun tak mengeluarkan sepatah kata pun, dan tiba-tiba ia jatuh pingsan.
“Cin, Cindy, bangun Cin” ucap Kiki menambah kepanikannya. Lalu orang-orangsekitar yang melihatnya langsung membantu Kiki untuk membawanya ke villa.
Setelah sampai di villa, Cindy pun dibawa masuk ke dalam kamarnya, dandibaringkan di atas kasur. “Ki, Cindy kenapa?” tanya Aan ikut panik juga.
“Aku juga gak tau An, tadi kan habis jalan-jalan, terus dia ngerasa pusing, danakhirnya jatuh pingsan” jelas Kiki pada Aan.
“Duh gimana ini?” ucap Aan panik.
Tak lama kemudian Cindy pun sadar dari pingsannya. “Kikihh” ucap Cindy lirih.
“Iya Cin” jawab Kiki.
“Aku dimana?” tanya Cindy kembali.
“Kamu udah ada di villa kok” ucap Kiki tersenyum.
“Tadi aku kenapa Ki?” tanya Cindy kembali.
“Ah sudah, istirahat dulu ya” ucap Kiki menenangkan.
“Ini Cin, diminum dulu” ucap Aan yang membawakan segelas air Cinih.
“Iya, terimakasih An” ucap Cindy.
“Iya, sama-sama Cin” balas Aan tersenyum. Cindy pun langsung meminum air yangdiberikan Aan.
“Kamu tidur dulu ya Cin” ucap Kiki memberi saran.
“Iya Ki” jawab Cindy mengiyakan.
Setelah cukup lama Cindy terlelap dalam tidurnya, akhirnya Cindy pun terbangun.“Udah bangun Cin?” tanya Aan yang baru lewat depan kamar Cindy.
“Udah An, Kiki mana?” ucap Cindy.
“Kiki? Tuh lagi nonton TV” balas Aan sambil menunjuk ke arah Kiki.
Cindy yang sudah melihatnya langsung menghampiri Kiki, dan pergi dari hadapanAan. Cindy langsung duduk di sebelah Kiki, dan langsung ikut menonton TV.
“Ehh Cin, udah bangun?” ucap Kiki sedikit kaget.
“Udah” jawab Cindy singkat.
“Mau makan gak Cin?” tanya Kiki.
“Engga ah, lagi gak enak banget mulutku” balas Cindy sambil mengeluh.
Selanjutnya Kiki pun tidak menjawab lagi.
“Ki” ucap Cindy sambil memandang Kiki.
“Ya ada apa?” balas Kiki langsung mengalihkan perhatiannya kepada Cindy.
“Aku tadi kenapa sih?” tanya Cindy penasaran.
“Emm, eh Cin liat tuh filmnya bagus ya?” balas Kiki mengalihkan perhatian.
“Yah Kiki! aku seriusan ini” ucap Cindy menunjukkan wajah kesalnya.
“Kamu engga kenapa-kenapa kok, Cuma pingsan aja” jelas Kiki memberikansenyuman.
“Oh, jelasin gitu aja kok susah sih” balas Cindy sambil menepuk pundak Kiki.
Setelah itu, Cindy meninggalkan Kiki dan pergi ke luar, untuk mencari udarasegar. “Cindy!” panggil seseorang dari belakang.
“Iya” balas Cindy sambil menoleh ke sumber suara.
“Mau kemana?” tanyanya kembali.
“Mau ke kebun teh Ki” jawab Cindy.
“Aku ikut” ucap Kiki kembali.
“Ayo” balas Cindy.
Setelah itu, mereka berdua berjalan menuju kebun teh di ujung desa. Setelahmenempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya mereka berdua sampai dikebun teh. “Emm, udaranya sejuk banget” ucap Kiki sambil mengambil nafas. “Iya”balas Cindy singkat. Disana mereka berdua bermain dengan riang gembira. Setelahmerasa lelah mereka pun istirahat di bawah pohon besar yang sangat rindang. “Cin”ucap Kiki tiba-tiba.
“Iya?” balas Cindy singkat.
“Janji ya?” ucap Kiki menatap Cindy dalam-dalam.
“Janji apaan sih Ki? Aku gak maksud deh kamu ngomong apa?” balas Cindypenasaran.
“Janji, untuk jadi sahabat sejati ku selamanya” ucap Kiki sambil tersenyum.
“Em? Pasti dong, kita kan udah berteman dari kecil, jadi gak mungkin bagikubuat ngelupain kamu, kamu itu sahabat terbaikku Ki” ucap Cindy sambil tersenyumterharu.
Tiba-tiba Kiki mengangkat jari kelingkingnya, dan Cindy pun langsungmengerlingkan jarinya tepat pada jari Kiki. Perasaan terharu dan senang punbercampur menjadi satu.
“Udah deh Ki, malah jadi pengen nangis nih, kamu udah aku anggap sebagaikakakku kok” ucap Cindy sambil menepuk pundak Kiki.
“Makasih ya Cin, udah mau jadi sahabat ku, aku juga udah anggap kamu sebagaiadikku sendiri” kata Kiki masih dalam keadaan terharu.
“Iya iya, sama-sama” balasnya sambil tersenyum manis.
Karena waktu sore pun telah tiba, maka akhirnya mereka berdua pun kembali kevilla
Diberdayakan oleh Blogger.