Posted by : SoftSkill
Selasa, 27 Mei 2014
Hujan dan Pelangi
Aku
memandang ke langit mendung yang mulai menurunkan tetesan airnya. Membuat hujan
yang mengguyur sang ibukota. Hujan. Dia yang mempertemukan kita. Tapi, ia juga
yang memisahkan kita. Hujan ini seolah memainkan memori - memoriku tentangnya.
Dia yang pernah mengisi hatiku
~~~
Hari itu, tanggal 8 Oktober 2013. Hari pertama aku bertemu dengannya
Seorang gadis yang menggunakan seragam putih kotak - kotak, berlari ke arahku yang sedang berada di halte bus. Berteduh dari derasnya hujan hari itu. 'Mungkin ia juga akan berteduh', pikirku.
"Mas maaf, bisa geser sedikit
nggak?", tanya gadis hitam manis itu.
"Bisa kok", Jawabku lalu
melangkahkan kakiku ke kanan.
"Makasih mas", ucapnya
berterimakasih
"Iya, sama - sama. Jangan di panggil
mas dong. Saya kan masih muda. Masih putih abu-abu nih", Balasku sambil
menunjuk ke arah celana abu-abu yang ku pakai.
"Yaudah aku panggil 'kak' aja ya? Kan
aku putih biru", tanyanya sambil melemparkan tawa renyahnya yang menurutku
sangat manis.
"Terserah deh", ucapku.
"Lagi nunggu jemputan atau
ngapain?", tanyaku mencoba membuka pembicaraan.
"Nunggu angkot. Tapi, nunggu hujannya
reda dulu", jawabnya.
"Ooh. Oh iya, Rayhan Irfandi. Panggil
aja Irfan", ucapku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan kananku.
"Noella Sisterina. Panggil aja
Noella”, ucapnya sambil membalas uluran tanganku.
“Kelas berapa?”, tanyaku.
“Kelas 9. Kakak kelas berapa?”, tanyanya
balik.
“Kelas 11”, jawabku.
Setelah itu, terjadi keheningan antara
kita berdua. Yang ada hanya suara air hujan. Hingga pada akhirnya hujan
berhenti turun dan dia pun mulai berjalan meningalkan halte
“Kak aku pulang ya. Udah reda”
“iya wel”
Hari itu, adalah hari terindah bagiku. Hari saat aku bertemu dengannya. Dia, Noella Sisterina. Aku harap kita bisa bertemu lagi.
~~~
Hujan lagi dan aku menunggu di halte yang
sama seperti waktu itu. Berharap bertemu dengannya lagi. Karena merasa bosan,
aku memainkan air yang menggenang di trotoar.
“Kak, genangannya jangan di ciprat –
cipratin dong. Kena nih”, ucap seorang cewek tiba – tiba. Aku menoleh kea rah
suaranya dan ternyata, dia adalah orang yang ku tunggu sejak tadi. Noella
“Eh, sori wel. Abisnya bosen”, jawabku
sambil menyengir.
“Haha, iya selow aja kak”, tawanya. Why
does her laugh can be so cute?
“Akhir – akhir ini hujan mulu ya kak?”,
tanyanya tiba – tiba.
“Eh eh, iya wel. Sampe harus neduh kayak
gini mulu”, jawabku.
“Kakak suka hujan?”, tanyanya dengan nada
anak kecil.
“Kadang suka kadang enggak. Kalo misalnya
lagi di rumah suka. Hawanya enak buat tidur. Tapi, kalo lagi di jalan nggak
suka. Bikin harus melipir ke halte. Kayak gini”, jawabku lumayan panjang.
“Kamu suka?”, tanyaku balik.
Dia mengangguk lalu mulai berkata, “Hujan
itu meskipun nggak terlalu indah tapi dia hebat kak!”
“Dia bisa bawa pelangi ke langit dan yang
bisa ngelakuin itu cuma dia!”, lanjutnya setelah terdiam beberapa saat.
“Coba bayangin deh kak kalo nggak ada
hujan. Kita semua bakal kesusahan. Dan yang penting, nggak bakalan ada
pelangi!”, tutupnya.
“Tapi wel, di Jakarta jarang banget ada
pelangi”, ucapku mencoba melawan.
“Bukan nggak ada kak, tapi ketutupan
awan”, balasnya.
“Iya deh”
“Oh iya, kamu sekolah dimana?”, tanyaku.
“Di Pelita Nusa kak”, jawabnya.
“Kakak dimana?”, ia bertanya balik
kepadaku.
“Aku di Tunas Harapan”, jawabku.
Aku memandang ke arah langit. Hujan yang
tadinya turun begitu deras, mulai berubah menjadi gerimis. Awan yang tadinya
berkumpul begitu banyak, mulai berkurang. ‘Mungkin sebentar lagi akan
berhenti’, pikirku.
Dan ucapanku benar. Tak lama kemudian, hujan pun berhenti. Menjadi penanda bahwa kita akan berpisah
“Kak aku pulang ya!!! Dadah!!”, teriaknya
yang sudah berjalan menuju angkot.
“Hati – hati wel!”, teriakku tak kalah
kencang.
~~~
Sudah sekitar 5 bulan aku mengenal Noella.
Sepertinya, sekarang aku suka hujan. Karena tanpa hujan, aku akan jarang
bertemu dengan Noella. Sekarang, aku sedang berada di depan sekolahnya Noella.
Sebenarnya, aku juga bingung apa yang akan ku lakukan disini. Aku belum pernah menjemputnya
di sekolah sebelumnya. Masa mau demachiin Noella? Akhirnya, aku tetap berdiam disitu.
Duduk sendirian di atas motorku.
Sekitar pukul 14.30 ia keluar bersama
beberapa temannya. Setelah teman – temannya pergi, ia melihat sedikit ke
arahku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain supaya dia tak melihatku.
“Kak!”, yah ketauan deh.
“Kakak ngapain disini?”, tanyanya.
“Nungguin kamu”, jawabku asal. Tapi,
sebenarnya, aku emang nungguin dia sih.
“Hah?”, bingungnya.
“Iya, nungguin kamu. Daripada kamu naik
angkot mendingan kamu naik ojek yang abangnya ganteng”, jawabku asal lagi.
“Yaudah anterin aku ya bang?”, ledeknya.
“Iya neng. Naik dong”, ajakku.
“Di Perumahan Griya Permai Blok C no. 14
ya bang”, ucapnya. Padahal sebenarnya aku sudah tau alamat rumahnya. Karena,
aku tak jarang mengajaknya pergi.
“Iya”, ucapku sambil memberikan helm
kepada Noella.
“Pegangan ya”, ucapku sambil menarik
tangan Noella lalu menjalankan motorku.
~~~
“Makasih ya kak”, ucapnya sambil
mengembalikan helm.
“Iya. Eh, wel uangnya mana?”, aku mencoba
bercanda ke Noella.
“Masa bayar bang?”, tanyanya.
“Nggak deng. Dadah Noella”, balasku sambil
melambaikan tangan ke Noella.
“Dadah kakak tukang ojek”, ledeknya. Aku
hanya tersenyum dan menjalankan motorku ke rumah.
Saat itu aku tak sadar, bahwa itu adalah pertemuan terakhirku dengannya. Sebelum ia benar - benar pergi dari dunia ini
~~~
Aku sudah siap dengan mobilku dengan bunga
yang ku taruh di kursi penumpang. Ya. Pada hari itu, aku telah memutuskan untuk
menyatakan cintaku pada Noella.
Ya, itu tujuan awalku
Aku melajukan mobil ke arah rumah Noella
yang tak begitu jauh dari rumahku. Tak butuh waktu lama. Dalam 15 menit aku
sudah sampai. Tapi, hari itu ada yang aneh. Rumahnya terlihat ramai. Lebih
ramai dari biasanya.
Aku masuk ke dalam rumah Noella dengan
perasaan tidak enak. Aku berharap semuanya baik – baik saja. Tapi ternyata, hari
itu semuanya tidak baik – baik saja. Aku melihatnya, berbaring di atas peti.
Ya hari itu Noella pergi. Pergi
meninggalkanku dan seluruh isi dunia ini. Aku berbalik. Tidak jadi melangkah ke
dalam rumah. Melainkan berlari ke arah mobil dan berdiam disana. Dan pada saat
itu, hujan turun. Tapi, hujan yang kali ini tidak membuat pertemuan. Melainkan
perpisahan.
~~~
“Irfan!!!! Mau jalan lagi nggak?!! Abisin
tuh kopinya. Malah bengong”
Tapi Noella benar. Setelah hujan selalu
ada pelangi. Kehilangannya memang seperti hujan bagiku. Tapi, tuhan mengirimkan
pelangi yang tak kalah indah darinya. Dia adalah Octi. Perempuan yang berhasil
menggantikan Noella di hatiku.
“Jalan lagi kok. Bentar gue abisin dulu”
~~~The End~~~
- Back to Home »
- fanfict , jkt48 »
- Hujan dan Pelangi (Fanfict JKT48) terinspirasi oleh: Noella JKT48
Diberdayakan oleh Blogger.